Tiang-tiang besi berdiri kekar menjulang setinggi 18 meter di atas hamparan gumuk pasir. Di pucuknya, baling-baling kincir tak hentinya berputar, menyambut setiap hembusan angin samudera Hindia. Putaran kincir menggerakkan turbin untuk memproduksi energi listrik. Listrik dari puluhan kincir angin ini lantas menggerakkan ekonomi masyarakat di kawasan Pantai Pandansimo, Bantul.
Suparjio (40) sudah empat tahun ini menikmati listrik yang dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) Pandansimo. Warung kuliner miliknya yang berdiri pada Maret 2010 menjadi kian berkembang setelah mendapat pasokan listrik dari PLTH.
“Adanya listrik membuat warung saya bisa menyalakan magicjar, kulkas dan blender. Dari alat tersebut, menu makanan dan minuman lebih bervariasi. Kalau malam, warung juga tetap bisa buka karena ada lampu penerangan. Pengunjung jadi lebih banyak.” tutur lelaki yang warungnya buka setiap hari.
Di Pantai Pandansimo, setidaknya ada 82 warung kuliner yang mendapatkan manfaat dari listrik PLTH. Hanya dengan mengajukan permohonan pasang listrik kepada pengelola PLTH dan membayar biaya Rp500 perKWH, listrik telah bisa dinikmati. Bahkan, listrik kini bisa dinikmati 24 jam oleh para pedagang yang asli penduduk Desa Poncosari, Srandakan, Bantul.
Keberadaan PLTH Pandansimo menghapus kisah gelap Pantai Pandansimo. Dulunya, pantai yang terletak di pojok barat-selatan Kab. Bantul ini gelap dan sepi tatkala malam mulai datang. Kawasan Pantai Pandansimo tidak terjangkau jaringan listrik PLN. Adanya PLTH mampu menyulap Pantai Pandansimo bergeliat hingga malam. Lampu penerangan kawasan dan jalan bisa menyala terang. Wisata kuliner seafood pun bisa dinikmati hingga malam.
Cerita manis pemanfaatan energi terbarukan ini bermula pada Oktober 2010. Saat itu, Kementerian Riset dan Teknologi bekerjasama dengan LAPAN, Kementerian Kelautan dan Perikanan, UGM, Pemerintah Kab. Bantul dan Wind Energy membangun Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) seluas 4,7 Hektar di kawasan Pandansimo.
Sebanyak 33 menara kincir angin berdaya listrik 56 Kilowatt (KW) berhasil dibangun. Selain itu didirikan pula 218 panel surya berkapasitas 27 KW. Total daya PLTH Pandansimo mencapai 83 KW. Teknologi PLTH ini memanfaatkan potensi sumber daya angin laut dan angin darat di pantai Pandasimo Bantul yang berkecepatan rata-rata 3-4 meter/detik dan intensitas sinar matahari yang besar.
“Dinamakan hibrid karena mengombinasikan tenaga angin dan surya. Kadangkala angin tidak berhembus atau matahari terhalang mendung, sehingga untuk mencukupi pasokan listrik harus didapat dari keduanya.” ungkap Wijiyo (62), petugas PLTH Pandansimo.
Cara kerja PLTH tidaklah rumit. Putaran kincir angin akan menggerakkan generator yang menghasilkan arus listrik. Begitu juga, panel surya akan menyerap sinar dan panas matahari yang kemudian dikonversi menjadi arus listrik. Arus listrik ini disalurkan ke Rumah Kontrol. Dari sini lalu disinkronisasi oleh Integrated Solar and Wind Regulator untuk mengisi arus listrik ke baterai.
Terdapat 268 buah baterai yang disimpan pada Bank Baterai bertegangan 220V. Di Bank Baterai, arus listrik berjenis DC ini disimpan. Kemudian agar diperoleh arus listrik yang bisa dikonsumsi, dari baterai dialirkanlah ke inverter sebagai pengubah arus dari DC ke AC. Setelah itu, arus listrik baru akan disalurkan kepada para pengguna.
PLTH Pandansimo melibatkan peran masyarakat setempat agar mereka tak hanya sebagai pengguna. Dalam operasionalnya, PLTH menggandeng masyarakat untuk merawat instalasi. Wijiyo adalah salah satu warga yang direkrut menjadi petugas di PLTH Pandansimo. Terhitung ada enam warga lainnya yang menjaga 24 jam di pos operasi PLTH.
Selain itu, demi mewujudkan masyarakat mandiri teknologi, PLTH Pandansimo memiliki sebuah workshop atau bengkel PLTH. Di sini beberapa masyarakat dilatih tentang cara merawat dan memperbaiki teknologi PLTH Pandansimo. Tercatat tiga dari lima teknisi adalah warga Poncosari, Srandakan. Workshop PLTH Pandansimo ini terletak di Desa Trimurti, tetangga Desa Poncosari.
“Seringkali angin terlalu besar, membuat kincir bisa rusak. Workshop bisa memperbaiki kerusakan pada baling-baling, generator maupun kumparan kincir angin. Selain itu, workshop juga bisa memproduksi baling-baling dengan harga yang lebih murah.” jelas Wijiyo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar