Raih Medali Emas Kompetisi Matematika Internasional
Usia belia tak menghalangi Kerensia Valeria meraih prestasi skala dunia. Siswi kelas II SD Tunas Bangsa Kubu Raya ini meraih medali emas dalam World Mathematics Competition ke-13 di Sattahip Naval Base, Pattaya, Thailand, Sabtu (2/4). IDIL AQSA AKBARY, Pontianak
DITEMUI di kediamannya di Jalan Suprapto 2, Kamis (7/4) sore, Kerensia terlihat masih mengenakan seragam sekolah merah putih. Raut muka bahagia terpancar dari wajah mungilnya. Ditemani ayahnya, Christiansen Cornelius dan ibunya, Vitalia Lim, perempuan delapan tahun ini menceritakan pengalamannya yang berhasil meraih prestasi internasional.
World Mathematics Competition ke-13 merupakan even tahunan yang diadakan Sakamoto Educational Systems Pte Ltd, sebuah lembaga pendidikan asal Jepang. Tahun ini negara Thailand yang menjadi tuan rumah.
Proses seleksi untuk mengikuti kompetisi ini memang tak mudah. Kerensia harus melewati beberapa tahapan mulai dari seleksi tingkat provinsi hingga nasional. “Setelah lolos seleksi tingkat provinsi Kalbar, bulan Februari dia kembali seleksi nasional di Jakarta waktu itu hanya masuk peringkat ke-15 se-Indonesia,” jelas Vitalia, ibunya.
Meski hanya mampu menduduki peringkat ke-15, Kerensia yang bercita-cita menjadi seorang arsitek ini, berhak lanjut berkompetisi di tingkat internasional dalam World Mathematics Competition ke-13. Di sana dia harus kembali bersaing dengan lawan-lawan yang lebih tangguh. Ada ratusan peserta dari berbagai negera di dua benua yaitu Asia dan Australia yang menjadi lawannya.
Di sana Kerensia yang hobi menggambar dan menari ini justru berhasil mengalahkan semua lawannya. Sistem kompetisinya peserta yang paling banyak mengerjakan soal dan paling banyak benar berhak menjadi juara. Hingga akhirnya gadis kelahiran 30 April 2008 ini dinobatkan sebagai peraih medali emas untuk kategori siswa Sekolah Dasar (SD) kelas II. “Memang setelah lolos nasional, Kerensia terus digenjot belajarnya,” ungkap Christiansen, ayahnya.
Christiansen menceritakan, sehari-hari anak bungsunya itu sangat disiplin. Semangat untuk mengenyam pendidikan cukup tinggi, Kerensia selalu rajin ke sekolah. “Setiap hari jam setengah lima dia sudah bangun lalu bersiap ke sekolah, bahkan meski sedang sakit selalu memaksakan diri untuk sekolah,” ceritanya.
Sebagai orang tua dia mengaku tidak pernah menargetkan atau memaksakan anaknya untuk belajar. Kerensia hanya cukup difasilitasi les tambahan tiap sore dengan mendatangkan guru privat ke rumah. Terbukti selama mengenyam pendidikan formal Kerensia selalu meraih juara pertama.
“Sejak dari TK dia sudah juara terus, kelihatan menonjol dan pengen selalu terdepan, kami sebagai orang tua hanya bisa memfasilitasi dan mendukung saja,” ucapnya.
Prestasi meraih medali emas di ajang internasional ini merupakan kali pertama Kerensia dapat. Setelah ini dia bertekad akan terus mengikuti berbagai ajang perlombaan. Pastinya ingin terus membanggakan kedua orang tua, daerah bahkan negara.
Dia mengatakan pelajaran matematika memang sangat digemarinya. Alasannya karena selalu merasa tertantang. “Tahun depan harus bisa menang kompetisi matematika lagi,” ujar Kerensia yang juga gemar mata pelajaran since dan bahasa inggris ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar