IDENTIFIKASI KREATIVITAS DAN BAKAT
A.
Alasan untuk menemukenali Bakat Kreatif
1. Pengayaan
Tujuan
utama dari tes kreativitas ialah untuk mengindetifikassi potensi kreatif anak
berbakat.Secara historis,keberbakatan diartikan sebagai mempunyai inteligensi
tinggi dan inteligensi tradisional merrupakan ciri utama untuk
mengidentifikassi anak berbakat intelektual Kesamaan antara inteligensi dan
talenta ialah apa yang disebut precocity( keadaan cepat menjadi
matang) .Anak yang precocious adalah seseorang yang mampu
melakukan hal-hal yang biasanya dilakukan oleh mereka yang lebih tinggi
usianya.Precocity belum tentu berarti mampu mencapai produktivitas yang
orisinil .Kapassitas terakhir ini disebut Prodigiousness .Child Prodigy adalah
seseorang yang prestassinya begitu luar biasa dan langka sehingga menakjubkan.
2. Perbaikan (remediasi)
Alassan
kedua yaitu untuk menemukenali mereka yang kemampuan kreatifnya sangat
rendah.Yang tidak menguntungkan ialah bahwa program remedial dalam kreativitas
masih sangat langka,bahkan di Indonesia belum ada.Salah satu ssebab ialah
karena kita kurang mengetahui bagaimana melakukan hal ini .Sebab lainnya,banyak
orang melihat kreativitas sebagai bakat pembawaan ,dan tidak sebagai suatu
kapasitas yang dapat dipelajari.
3. Bimbingan Kejuruan
Penggunaan
tes kreativitas untuk membantu siswa memilih jurusan pendidikan dan karierr
masih pada tahap awal .
4. Evaluasi pendidikan
Pendidik
sering mengalami kesulitan untuk memutuskan apakah sekolah akan menggunakan
program pengembangan kreativitas.Merreka khawatir bahwa hal itu dapat menyebabkan
menurunnya prestasi belajar siswa.
5. Pola Perkembangan Kreativitas
Untuk
2 alasan :
a. Mengetahui bagaimana
pertumbuhan dan penurunan kreativitas pada macam-macam tipe orang .
b. Mengetahui apakah ada masa
puncak dimana kreativitas sebaiknya dilatih. Davis melihat tiga penggunaan tes
kreativitas ,yaitu
-
untuk mengidentifikasi siswa berbakat kreatif
-
untuk tujuan penelitian
-
untuk tujuan konseling
B. JENIS ALAT UNTUK MENGUKUR
BAKAT KREATIF
Potensi
kreatif dapat diukur melalui beberapa pendekatan, yaitu pengukuran langsung;
pengukuran tidak langsung, dengan mengukur unsur-unsur yang menandai ciri
tersebut; pengukuran ciri kepribadian yang berkaitan erat dengan ciri tersebut;
dan beberapa jenis ukuran yang bukan tes. Pendekatan kelima adalah dengan
menilai produk kreatif nyata.
1. Tes yang Mengukur
Kreativitas secara Langsung
Sejumlah
tes kreativitas telah disusun dan digunakan, antara lain tes terkenal dari
Torrance yang digunakan untuk mengukur pemikiran kreatif (Torrance Test of
Creative Thinking: TICT) yang mempunyai bentuk verbal dan bentuk figural. Ada
yang sudah diadaptasi untuk Indonesia, yaitu Tes Lingkaran (Circles Test) dari
Torrance.tes ini pertama kali digunakan di Indonesia dalam penelitian Utami
Munandar (1997) untuk disertasinya “Greativity and Education”, dengan tujuan
membandingkan ukuran kreativitas verbal dengan ukuran kreatifitas figural.
2. Tes yang Mengukur
Unsur-Unsur Kreativitas
Kreativitas
merupakan suatu konstruk yang multidimensi, terdiri dari berbagai dimensi,
yaitu dimensi kognitif (berpikir kreatif), dimensi afektif (sikap dan
kepribadian), dan dimensi psikomotorik (keterampilan kreatif). Masing-masing
dimensi meliputi berbagai kategori, misalnya dimensi kognitif dari kreativitas-berpikir
divergen-mencakup antara lain kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam
berpikir, kemampuan untuk memperinci (elaborasi), dll.
3. Tes yang Mengukur Ciri
Kepribadian Kreatif
Beberapa
tes mengukur ciri-ciri khusus, antara lain adalah :
- Tes Mengajukan Pertanyaan, yang merupakan bagian dari Tes Torrance
untuk Berpikir Kreatif.
- Tes Risk Taking, digunakan untuk menunjukkan dampak
pengambilan resiko terhadap kreativitas.
- Tes Figure Preference dari Barron-Welsh yang
menunjukkan dampak pengambilan risiko terhadap kreativitas.
- Tes Sex Role Identity untuk mengukur sejauh mana
seseorang mengidentifikasikan diri.
- Dengan peran jenis kelaminnya. Alat yang sudah digunakan di Indonesia
adalahBem Sex Role Inventory.
4. Pengukuran Bakat Kreatif
secara Non-Tes
Dalam
upaya mengatasi keterbatasan tes tertulis untuk mengukur kreativitas dirancang
beberapa pendekatan alternatif.
- Daftar Periksa (Cheklist) dan Kuesioner
Alat
ini disusun berdasarkan penelitian tentang karakteristik khusus yang dimiliki
pribadi kreatif.
- Daftar Pengalaman
Teknik
ini menilai apa yang telah dilakukan seseorang di masa lalu. Beberapa studi
menemukan korelasi yang tinggi antara “laporan diri” dan prestasi kreatif di
masa depan. Format yang paling sederhana adalah meminta seseorang menulis
autobiografi singkat, yang kemudian dinilai untuk kuantitas dan kualitas
perilaku kreatif.
5. Pengamatan Langsung terhadap
Kinerja Kreatif
Mengamati
bagaimana orang bertindak dalam situasi tertentu nampaknya merupakan teknik
yang paling absah, tetapi makan waktu dan dapat pula bersifat subyektif.
C. CONTOH KASUS
Uji
kreativitas
Bagian
I
Dalam
satu menit, pikirkan semua manfaat yang mungkin didapatkan dari
sebuah
kaleng kosong. Tulis jawaban anda pada sehelai kertas. Cobalah
memunculkan
sebanyak mungkin manfaat yang didapatkan.
Bagian
II
Uji
Torrance yang lengkap mengukur empat keterampilan kreatif utama
yang
berkaitan dengan pemikir divergen. Dalam contoh kaleng di atas, para
penilai
yang terlatih menilai tanggapan peserta didik dan menilai
berdasarkan
empat katagori berikut ini.
a) Kepiawaian, kemampuan
memunculkan banyak ide yang beragam.
Berapa
banyak ide yang dihasilkan secara keseluruhan.
b) Keluwesan, kemampuan
memunculkan ide dalam beberapa kategori. Berapa macam manfaat yang
didapat dari sebuah kaleng? Jawaban yang paling umum sebagai wadah, tetapi
kaleng juga dapat digunakan sebagai mainan. Perangkat komunikasi, dan sebagainya.
c) Keorsinilan, kemampuan
memunculkan ide yang unik dan aneh. Jawaban yang terkait dengan kegunaan yang
sudah umum tidak akan mendapatkan nilai. Kegunaan yang unik, seperti “topi
untuk boneka” akan diberi nilai 2 poin.
d) Pengembangan, kemampuan
menambahkan detail atau memperluas kegunaan benda yang dimkasud. Ide yang
mengharuskan dilakukannya penambahan atau perubahan bentuk akan mendapatkan
tambahan nilai. Misalnya, jika suatu ide mengharuskan kaleng itu dicairkan,
dilebur, dicat bahkan dikombinasikan dengan kaleng lain, nilai yang
didapat akan lebih tinggi. Contoh apabila dicairkan, diberi nilai 1, apabila dicairkan
dan dicat, nilai 2 dan sebagainya.
sumber :